2019, tulisan pertama gue di tahun ini. Setahun belakangan gue vakum dan tahun lalu gue cuma sempat posting satu kali. Untuk sekarang, gue udah move dari Samarinda dan gue tinggal di Semarang. Di postingan lain aja gue cerita lebih lanjut tentang ini. Sebagai sesama orang Indonesia, kita sama-sama tahu bahwa tahun ini dikenal tahun politik.
Gue nyebutnya pesta demokrasi. Awalnya gue pikir ini bakal jadi satu momen yang pas buat gue bisa belajar tentang tatanan politik melalui debat presiden yang udah gak asing setiap ada pemilu atau pilkada. Sebenernya bukan buat gue aja, buat seluruh masyarakat terutama remaja sepantaran gue yang udah ada pada fase dimana tingkat akhir sekolah.
Momen yang gue pikir bakal jadi pembelajaran yang pas buat nambah pengetahuan tentang pengelolaan negara ini, berubah drastis. Bagusnya banyak orang yang memeriahkan pesta demokrasi untuk memilih presiden & wakilnya, termasuk teman-teman, saudara, bahkan orang di luar sana ramai membicarakan. I appreciate!
Begitu juga dengan gue yang antusias. Tapi di pemilu tahun ini, gue ngerasain banyak drama yang terjadi. Mulai dari hoax, fitnah, dan saling menjelekkan antar paslon. Gue gak tahu, siapa dalang dibalik drama ini. Ujaran kebencian gak luput dari drama politik tahun ini. Bahkan teman-teman gue sendiri, melakukan hal yang sama.
Ke sekolah tujuan gue buat fokus ujian. Udah itu aja. Teman-teman gue ngomongin pilpres tahun ini. Gue senang, karena mereka antusias. Tapi ada satu kejadian dimana gue ditantang debat sama teman, tentang pilpres. Iya ditantang! Gak ngerti, apa maksud dia buat nantang hal ini karena ini adalah hal yang sangat sensitif, tim sukses dadakan kah ?
Gue bukan orang yang pintar berdebat. Memang beberapa kali gue mengikuti berbagai lomba sekolah yang berhubungan dengan public speaking dan debat. Karena gue senang dengan bidang ini, dan gue harap gue bisa masuk di jurusan yang gue mau, Hubungan Internasional atau Hukum.Yang buat gue sangat kesal disini adalah menjelekkan paslon yang lain, untuk membela capres yang teman gue pilih ini.
Karena ini, gue jadi ingat salah satu buku karya Oh Su Hyang yang berjudul Bicara Itu Ada Seninya dan buku karya Mark Manson yang berjudul Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat.
Gue gak tahu apa ada dikepala teman gue ini. Dengan bukti yang sekedar dia baca/lihat, dan belum tentu kebenarannya dibuktikan, dengan mengajak gue berdebat. Hahaha lucu aja, seperti Tong Kosong Nyaring Bunyinya. Gue memilih untuk diam. Kalaupun benar bukti itu, gak seharusnya gue pikir dia melakukan hal begini (kalau punya otak) ini santai kok nulisnya :) .
Sumber gambar : https://www.olx.co.id/iklan/sebuah-seni-untuk-bersikap-bodo-amat-IDyAfvK.html |
Sumber gambar : https://www.olx.co.id/iklan/seni-dalam-berbicara-IDxJUKh.html |
Maksud gue gini, politik ini sangat bagus sebenarnya, mengajarkan arti demokrasi sesungguhnya. Tapi gue pikir, kondisi seperti ini bakal mengundang orang awam untuk bisa menyuarakan opini tanpa ilmu, hanya sekedar katanya. Gue juga masih belajar, tapi setidaknya gue tidak langsung menyimpulkan apa yang gue dapat.
Bokap yang ngajarin ini ke gue, buat berusaha bisa mikir secara rasional, punya wawasan dan nilai sesuatu gak dari satu sisi, tapi dari sisi lainnya. Sayang sebenarnya, dari kecil gue udah ngerantau sana-sini kalo pemikiran gue masih dangkal. Gue gak bela kubu manapun, pilihan gue adalah merahasiakan siapapun capres yang gue pilih.
Fanatik dan antusias boleh, tapi jangan berlebihan. Mungkin teman gue yang ajak berdebat ini terinspirasi dari timses masing-masing paslon di acara televisi. Bagus sih, tapi gak bijak dalam menerapkan. Timses itu juga dibayar, sama seperti advokat yang tugasnya memberi pendampingan kepada tersangka untuk melindungi hak-hak yang dimiliki agar tidak dilanggar, hanya saja timses beda konteks, untuk membela paslon koalisinya masing-masing.
Pilihan itu bebas. Tapi gue mohon buat jangan rusak Bhinneka Tunggal Ika negara ini, hanya karena beda pendapat, lebih bagus lagi didiskusikan. Lo gak dibayar! Kalo gue disuruh debat gak bakal mau kalo ga ada bayaran yang sesuai. Gue sama-sama bangga dengan kedua paslon, mereka punya visi dan misi buat negara, hanya beda strategi aja.
Untungnya gue sering ikut berbagai kegiatan/ lomba dulu, jadi gue bisa ngerti dan toleran perbedaan pendapat antara gue dengan teman-teman. Karena tujuan kita sama, buat menang. Ini penting banget karena dari kegiatan inilah gue merangkap buat mikir secara dewasa dan itu berguna banget di real world. Di lingkungan masyarakat.
Untungnya gue sering ikut berbagai kegiatan/ lomba dulu, jadi gue bisa ngerti dan toleran perbedaan pendapat antara gue dengan teman-teman. Karena tujuan kita sama, buat menang. Ini penting banget karena dari kegiatan inilah gue merangkap buat mikir secara dewasa dan itu berguna banget di real world. Di lingkungan masyarakat.
TIDAK ADA KAWAN DAN LAWAN YANG ABADI, DALAM POLITIK SEKALIPUN. YANG ABADI HANYALAH KEPENTINGAN.
0 komentar:
Post a Comment
Terimakasih udah menyempatkan waktu untuk membaca . Jangan lupa untuk meninggalkan komentar yang sopan santun . Untuk menghindari komentar SPAM yang masuk , komentar kalian akan gue seleksi terlebih dahulu kemudian gue publikasikan .
Salam , Arjuna Rafi (coganarab_ )